Survei terbaru dari Lokadata.id menunjukkan bahwa 69% anak muda Indonesia kini memanfaatkan layanan telehealth dengan sebagian besar menggunakan lebih dari satu aplikasi. Selain itu, survei menunjukkan bahwa 6 dari 10 anak muda menggunakan smartwatch untuk melacak kondisi kesehatan mereka, menandakan peningkatan kesadaran akan pentingnya pencegahan.

Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id, mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, terhadap pentingnya kesehatan meningkat pesat, terutama setelah pandemi. Berdasarkan survei, sebanyak 43% anak muda Indonesia rutin memeriksakan diri ke dokter setidaknya sekali dalam setahun.

Baca Juga: Persiapan Kemenkes Jalankan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG)

"Mereka juga aktif menggunakan aplikasi telehealth untuk mengakses layanan kesehatan dengan mudah dan cepat. Generasi muda kini juga makin memahami pentingnya pencegahan dini sebagai langkah vital untuk menjaga kesehatan, bukan hanya untuk menangani penyakit, melainkan juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan," jelasnya dalam acara Power Lunch dengan tema "Healthtech: Melampaui Batas Inovasi" yang diselenggarakan GDP Venture di Jakarta, Rabu (22/1/2025).

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan makin meningkat, terutama di kalangan generasi muda, dengan 24% telah menjalani gaya hidup sehat melalui olahraga teratur, pola makan seimbang, dan tidur yang cukup. Tidak hanya itu, 73% generasi muda juga makin menyadari pentingnya kesehatan mental dengan banyak yang memanfaatkan aplikasi digital untuk mendukung kesejahteraan psikologis mereka.

Namun, meskipun adopsi healthtech berkembang di kota-kota besar, tantangan tetap ada di daerah terpencil. "Literasi digital masih menjadi kendala utama di luar kota besar. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan teknologi kesehatan bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan Halodoc juga secara aktif mengedukasi masyarakat melalui konten-konten di berbagai platform komunikasi," jelas Alfonsius Timboel, Chief Operating Officer Halodoc.

Di sisi pemerintah, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) pada Februari 2025. Program ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit tidak menular dengan target melayani hingga 60 juta orang pada tahun pertama dan 200 juta warga dalam lima tahun ke depan.

"Program ini dirancang untuk mencakup semua lapisan masyarakat, mulai dari bayi hingga lansia, dengan pemeriksaan kesehatan yang komprehensif. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan ketersediaan alat pemeriksaan yang memadai," ungkap Setiaji, Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI.

Pendekatan berbasis genetik kini menjadi inovasi penting dalam sektor kesehatan preventif. Levana Sani, Co-founder & CEO Nalagenetics, menjelaskan bahwa sekitar 40% dari penyakit dipengaruhi oleh faktor genetik. Dengan teknologi genetika, dokter dapat memberikan solusi yang lebih tepat sasaran untuk pencegahan dan pengobatan.

"Nalagenetics mengembangkan solusi DNA untuk mencegah penyakit seperti kanker, kardiometabolik, dan neurodegeneratif, serta bekerja sama dengan komunitas untuk mendukung kelompok pasien dengan indikasi genetik tertentu. Hal ini menciptakan pendekatan holistik dalam perawatan kesehatan," ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh dr. Natalia Zwensi A., M.Sc, Praktisi Kedokteran Genomik, yang menjelaskan bahwa analisis genomik mampu mendeteksi risiko kesehatan secara dini, memungkinkan perawatan yang personal dan berbasis data. "Tes DNA bukanlah diagnosis, melainkan alat prediksi risiko sebelum gejala muncul. Dengan demikian, individu dapat mengambil langkah pencegahan lebih awal."

Inovasi teknologi terus menjadi ujung tombak dalam memperluas akses layanan kesehatan. Meski demikian, isu keamanan data tetap menjadi perhatian utama. Levana Sani menjelaskan bahwa Nalagenetics telah menerapkan standar keamanan data ISO 27001 untuk melindungi privasi pasien. Di sisi regulasi, Setiaji menambahkan bahwa Material Transfer Agreement (MTA) juga diterapkan untuk memastikan pemanfaatan data secara bertanggung jawab sesuai PP 28 Pasal 1208.

Dengan berbagai inisiatif dan inovasi yang ada, sektor kesehatan digital di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh. Pada tahun 2040, diperkirakan 60% dari pengeluaran kesehatan akan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang menunjukkan pentingnya investasi dalam langkah-langkah preventif. Melalui kolaborasi yang erat dan adopsi teknologi yang tepat, Indonesia dapat mencapai layanan kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.