Bagi masyarakat Indonesia tentu saja tak asing lagi dengan obat penghilang masuk angin paling populer satu ini, Tolak Angin. Tak bisa dipungkiri, brand Tolak Angin mengubah persepsi masyarakat Indonesia pada khususnya, tentang jamu, menggantinya dari pandangan tradisional menjadi produk modern, praktis, dan terjangkau.
Tagline mereka, “Orang Pintar Minumnya Tolak Angin,” berhasil mengubah cara orang melihat jamu, menginspirasi banyak orang untuk mengonsumsi jamu sebagai bagian dari gaya hidup sehat mereka.
Kini, brand Tolak Angin pun sudah berusia lebih dari 7 dekade. Lantas, apa kunci sukses brand ini sehingga mampu mempertahankan bisnis ini hingga 3 generasi?
Siapa Pemilik Tolak Angin?
Melansir dari situs resmi Tolak Angin, produk ini sudah diformulasikan sejak 1930 sebagai sebuah jamu masuk angin. Produk tersebut awalnya dibuat oleh pasangan suami-istri bernama Siem Thiam Hie dan Rakhmat Sulistio yang merupakan pemilik dari pemerah susu terbesar di Ambarawa, Melkrey.
Pasangan tersebut lalu merintis usaha toko roti bernama Roti Muncul pada 1930. Di tahun yang sama, dengan kepiawaiannya meracik jamu, Rakhmat Sulistio mulai membuat jamu masuk angin yang lambat laun dikenal sebagai Tolak Angin.
Keduanya pun akhirnya membuka usaha jamu tradisional di Yogyakarta pada 1935. Pada awalnya, Tolak Angin dipasarkan dalam bentuk jamu godokan alias rebusan. Karena cukup diminati, akhirnya didirikanlah sebuah perusahaan sederhana bernama Sido Muncul yang memiliki arti “Impian yang terwujud”, di Semarang pada 1951.
Pada 1967 pabrik diserahkan kepada Desy Sulistio. Desy merupakan generasi kedua Sido Muncul. Bersama suaminya, Yahya Hidayat, dia mengembangkan rintisan usaha yang dibangun orang tuanya, Siem Thiam Hie dan Rakhmat Sulistio. Kemudian, pada 1974, Desy pun menyerahkan perusahaan kepada Irwan Hidayat, yang tak lain adalah anak Desy sendiri.
Di masa kepemimpinan Irwan, usaha Sido Muncul makin membesar. Pada 1975, usaha mereka dari CV menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Sido Muncul kemudian membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektare di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran. Pada 21 Agustus 1997 peletakan batu pertama pabrik ini dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Belakangan, Sido Muncul tidak hanya menghasilkan Tolak Angin yang cukup merajai pasar obat anti masuk angin di Indonesia, tapi juga Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, Kunyit Asam, dan ratusan produk lainnya.
Perusahaan ini pun semakin besar hingga mendunia, pada tahun 2020 pendapatan PT Sido Muncul mencapai Rp3,3 triliun dan menjadi salah satu perusahaan produsen farmasi terbesar di Indonesia.
Irwan Hidayat dan keluarganya, dicatat majalah Forbes dalam urutan ke-28 dari jajaran orang terkaya di Indonesia 2021, dengan kekayaan $1,58 miliar. Jamunya menguasai 38% pangsa pasar jamu di Indonesia.
Inovasi Tolak Angin
Awal dibuat dan dijual pertama kali pada 1930, Tolak Angin sendiri berupa jamu godogan yang dibuat dari bahan herbal berkhasiat, antara lain seperti jahe, daun mint, adas, kayu ules, daun cengkeh dan ditambah madu. Namun, seiring waktu berjalan dan banyaknya permintaan, Tolak Angin terus dikembangkan.
Pada tahun 1951, Tolak Angin kemudian diproduksi dalam bentuk serbuk. Mengikuti perkembangan teknologi pada 1992, Tolak Angin pun lantas diproduksi dalam bentuk cair yang praktis.
Tak lupa, perusahaan pun selalu melakukan uji quality control sesuai aturan Badan POM, yaitu Tes Aflatoksin, Tes Cemaran Mikroba, Tes Logam Berat dan Tes DNA untuk memastikan bebas bahan haram jadi aman dan pasti halal.
Tak hanya itu, Tolak Angin pun melakukan Uji Toksisitas yang dilakukan pada Tahun 2002, bekerjasama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Pengujian dilakukan setara dengan konsumsi 9 sachet Tolak Angin setiap hari selama 8,4 tahun pada manusia, hasilnya Tolak Angin terbukti aman dikonsumsi oleh pria dan wanita dalam jangka panjang, tidak merusak organ tubuh (termasuk organ reproduksi), dan tidak merusak fungsi hormon.
Baca Juga: Kisah Sukses Soedomo Mergonoto, Sang Kernet Bemo yang Melabuhkan Kapal Api di Pasar Internasional
Perusahaan juga melakukan Uji Khasiat bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Hasilnya, mengonsumsi minimal 2 sachet Tolak Angin setiap hari terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Kunci Sukses
Kesuksesan brand Tolak Angin saat ini dimulai dari niat baik untuk menghasilkan produk yang baik. Dengan produk yang baik itulah produk Tolak Angin pun mudah diterima konsumen di dalam dan luar negeri.
Selain itu, nama baik keluarga yang diwariskan juga secara tak langsung menjadi pendorong kesuksesan. Karena, tanpa nama baik, akan sulit membuat citra brand ini terus diingat sebagai jamu keluarga Indonesia.
Selain kedua hal di atas, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa Tolak Angin mampu bertahan dan terus berkembang lebih dari 7 dekade lamanya, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.
1. Tagline yang Memikat
Menurut laman aman bithourproduction.com, salah satu strategi yang sangat mencolok dalam kesuksesan Tolak Angin adalah penggunaan tagline “Orang Pintar Minumnya Tolak Angin.” Tagline ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga merupakan pesan yang kuat yang mengubah cara masyarakat melihat produk jamu tradisional.
Selain itu, tagline ini memiliki daya ingat yang kuat, sehingga konsumen dengan mudah mengingat dan mengidentifikasi merek Tolak Angin
2. Inovasi Produk
Seiring perjalanannya, Tolak Angin juga kerap melakukan inovasi dalam konteks produk. Brand ini tidak hanya mengandalkan kesuksesan produk aslinya saja, tetapi terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan beragam konsumen.
Salah satu bentuk inovasi terbesar mereka adalah pengembangan berbagai varian produk, seperti tablet dan permen, serta balsem dan Tolak Angin Care, selain produk cairan yang asli.
3. Kualitas Terstandar
Kesuksesan Tolak Angin juga bisa terlihat dari sisi kualitas produk terstandar. Brand ini selalu berkomitmen memproduksi obat herbal mereka sesuai dengan standar GMP (Good Manufacturing Process), yang merupakan salah satu standar kualitas paling ‘dihormati’ dalam industri farmasi.
Tak hanya itu, dengan fasilitas produksi yang canggih, perusahaan pun mampu menjaga kualitas produk dari tahap pemilihan bahan hingga pengemasan akhir. Hal ini membangun kepercayaan konsumen dan reputasi yang baik di pasar.
4. Ekspansi Global
Selanjutnya, kesuksesan Tolak Angin terbentuk dari upaya ekspansi global yang dilakukan perusahaan. Meskipun berasal dari Indonesia, merek ini telah berhasil merambah pasar internasional dengan menembus sejumlah negara yang berbeda di berbagai benua, seperti ASEAN, Eropa, Amerika, Timur Tengah, Australia dan Afrika.
5. Brand Loyalty dan Pengakuan
Produk seperti Tolak Angin telah menjadi bagian integral dari budaya dan kebiasaan konsumen di Indonesia.
Loyalitas merek yang kuat ini membantu Sido Muncul mempertahankan pangsa pasar mereka. Selain itu, strategi pemasaran yang efektif, baik melalui media tradisional maupun digital, meningkatkan kesadaran dan penjualan produk.
6. Membangun Kemitraan dengan Public Figure
Tolak Angin berhasil menjalin kerjasama dengan public figure seperti Rhenald Kasali dan Andy F Noya, serta beberapa artis sebagai brand ambassador.
Terbaru, Tolak Angin pun menggaet Alize Lim sebagai brand ambassador. Pemain tenis asal Prancis tersebut diharapkan dapat membuat Tolak Angin makin dikenal dan digemari orang-orang Eropa.
7. Membuat Cara Promosi yang Gaul dan Relate
Selain keenam hal di atas, salah satu strategi sukses Tolak Angin bertahan dan diminati hingga saat ini adalah karena berhasil mendekati pasar anak muda, khususnya Gen Z lewat cara yang berbeda.
Caranya, perusahaan tahu apa yang disukai anak muda, yaitu konsep kafe ‘Herbal Corner’, membuat mocktail Tolak Angin, dan juga es krim Tolak Angin.
Ketiga cara ini tentunya menjadi sebuah gebrakan menarik yang membuat Tolak Angin tetap relate dengan banyak kalangan, termasuk Gen-Z.