Rektor IPB University, Prof. Arif Satria menyambut baik kerja sama antara IPB University dan ESQ Corp dalam penerapan Manajemen Talenta Berbasis Artificial Intelligence (AI). Kolaborasi ini menjadikan IPB sebagai kampus negeri pertama di Indonesia yang mengadopsi sistem pengelolaan talenta berbasis AI secara menyeluruh, melalui platform TalentDNA-ESQ.

“Kami menyambut baik kolaborasi ini karena sangat relevan dengan arah pengembangan pendidikan di era digital. Dengan platform AI Talent Management, kita bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang potensi mahasiswa, termasuk kelebihan dan kelemahannya,” ujar Prof. Arif dalam sambutannya dalam acara IPB Stakeholder Forum di ICE BSD, Tangerang, Sabtu (8/11) lalu.

Baca Juga: Wamenhan Apresiasi Inovasi TalentDNA ESQ dalam Pengelolaan Talenta Berbasis AI

Baca Juga: AHY Apresiasi Talent DNA ESQ dan Universitas Ary Ginanjar (UAG) dalam Cetak SDM Unggul

Prof. Arif menegaskan bahwa penerapan sistem ini menjadi langkah penting bagi IPB dalam memperkuat proses pengembangan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan secara presisi.

“Tahun ini adalah momentum yang tepat untuk pengembangan kemahasiswaan, pengembangan dosen, maupun tenaga kependidikan. Data dari sistem ini tidak hanya bermanfaat bagi pihak kampus, tetapi juga bagi industri dan mitra eksternal,” jelasnya.

Lebih lanjut, Prof. Arif menjelaskan bahwa sistem berbasis AI tersebut dapat membantu dunia pendidikan menyesuaikan potensi individu dengan kebutuhan dunia kerja.

“Melalui AI Talent Management, kita dapat mengetahui karakteristik mahasiswa secara presisi. Ini bisa menjadi dasar dalam pemberian beasiswa, early recruitment oleh perusahaan, hingga pengembangan karier di masa depan,” tambahnya.

“Dengan tools berbasis AI ini, kita dapat mengembangkan talenta secara lebih baik dan akurat, sesuai dengan kebutuhan organisasi dan tantangan zaman,” pungkasnya.

Kemudian, Founder ESQ Corp, Ary Ginanjar Agustian, mengapresiasi langkah strategis IPB University yang berani memimpin transformasi menuju era talentism, era di mana kekuatan utama organisasi bertumpu pada potensi manusia, bukan sekadar modal.

“Mengutip pandangan Klauss Schwab pendiri World Economic Forum tentang trend 2030 bahwa dunia sedang mengalami pergeseran besar dari era kapitalisme menuju era talentism. Di masa depan, keunggulan tidak lagi diukur dari kecerdasan intelektual semata, tetapi dari kemampuan mengenali dan menempatkan talenta manusia secara tepat,” ujar Ary.

Ary menyoroti persoalan klasik dalam dunia kerja dan pendidikan yang selama ini belum terselesaikan.

“Fakta menunjukkan 74% organisasi merekrut orang yang salah, 92% siswa SMA bingung memilih jurusan, dan dua dari tiga karyawan resign dalam enam bulan pertama karena merasa tidak cocok. Rata-rata perusahaan bisa rugi hingga Rp380 juta per orang akibat kesalahan penempatan,” paparnya.