Industri F&B telah melahirkan banyak pemimpin ternama yang sukses membangun bisnis di dunia kuliner. Bukan hanya laki-laki, sederet pemimpin perempuan juga berhasil membuktikan ketangguhan mereka dalam industri ini. Salah satunya adalah Elisa Suteja, pemilik kedai kopi kenamaan, Fore Coffee.
Bersama Vico Lomar, Elisa Suteja memulai perjalanan Fore Coffee pada 2018. Sebagai seorang womenpreneur, Elisa bermimpi memiliki kedai kopi sendiri, dan akhirnya mewujudkan impian itu lewat Fore Coffee. Dengan pengalaman dan pemahamannya tentang karakteristik penikmat kopi di Tanah Air, ia pun berhasil merintis usaha kopi yang semakin berkembang.
Tentu, perjalanan Elisa Suteja dalam membangun Fore Coffee tak lepas dari tantangan dan rintangan. Namun, perjuangannya tidak sia-sia. Kini, Fore Coffee tak hanya dikenal luas di Indonesia, tetapi juga telah melangkah ke pasar internasional dengan gerai perdananya yang dibuka di Singapura pada November 2023 lalu.
Menjadi sosok perempuan inspiratif dibalik kesuksesan Fore Coffee, seperti apa sosok Elisa Suteja? Dan bagaimana perjalanan kariernya sebagai womenpreneur? Berikut Olenka merangkum sejumlah informasi terkait dari pelbagai sumber, Senin (28/2/2025).
Baca Juga: Intip Strategi Fore Coffee Manfaatkan Teknologi Digital Hingga Raih ROAS 45X
Profil dan Latar Pendidikan
Lahir di Solo, 24 Maret 1992, Elisa menyelesaikan pendidikan sarjananya di Prasetiya Mulya Business School pada 2014 lalu. Kemudian, Elisa melanjutkan studinya di Questrom School of Business, Boston University, dan mengejar gelar Master of Business Administration (MBA).
Perjalanan Karier
Menukil dari laman Linkedln miliknya, Elisa tercatat pernah bekerja di Tokopedia pada 2015 selama delapan bulan. Saat itu, Elisa berkarier sebagai Business and Merchant Development yang memberikan dia pemahaman mendalam mengenai pengembangan bisnis e-commerce di Indonesia.
Kemudian, Elisa bergabung dengan East Ventures — salah satu ventures kenamaan di Asia Pasifik. Tercatat sejak Desember 2015, Elisa berkarier sebagai Senior Analyst selama dua tahun lamanya. Dalam pekerjaannya, Elisa bertanggung jawab untuk memantau pertumbuhan portofolio di kawasan Asia Tenggara dan menjalin hubungan terkait investasi lanjutan.
Saat bekerja di East Ventures inilah, mencuat ide Elisa untuk memiliki kedai kopi yang bisa dipesan melalui aplikasi untuk memudahkan para penikmatnya. Terlebih, sejak dulu Elisa sudah berkeinginan memiliki gerai kopi sendiri.
Baca Juga: Menapaki Perjalanan Sukses Fore Coffee, Kini Sudah Tembus Pasar Internasional
Perjalanan Elisa Suteja Rintis Fore Coffee
Bersama dengan Vico Lomar, Elisa Suteja akhirnya merintis Fore Coffee sejak 2018 silam. Fore Coffee hadir berdasarkan pemahaman serta pengalaman yang dimiliki para founder mengenai karakteristik kopi di Indonesia.
Istilah "Fore" sendiri diambil dari kata "forest," yang mencerminkan harapan untuk tumbuh cepat, tinggi, dan kuat, serta memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Bukan hanya itu, logo Fore Coffee yang terdiri dari biji kopi, daun, dan squircle juga memiliki makna filosofis yang begitu mendalam.
Di awal berdirinya, Fore Coffee hanya mengandalkan platform transportasi online seperti Gojek dan Grab sebagai media penjualan. Perusahaan rintisan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan membuat nama Fore Coffee melejit hingga berhasil membuka lebih dari 100 gerai di tahun pertamanya.
Mengutip dari Forbes, pada 2019, Fore Coffee bermitra dengan Airy untuk membuka 1.000 gerai baru di properti jaringan perhotelan tersebut di seluruh Indonesia. Pada tahun yang sama, Fore Coffee memperoleh pendanaan Seri A senilai $9,5 juta dari East Ventures.
Fore Coffee semakin menunjukkan kesuksesannya. Tercatat, gerai Fore Coffee saat ini sudah menyentuh 200 gerai yang tersebar di 45 kota di Indonesia. Bahkan, November 2023 lalu, Fore Coffee secara perdana membuka gerai pertamanya di Singapura.
Baca Juga: Mengintip Strategi Bisnis Fore Coffee Tawarkan Konsep 'Waralaba Baru'
Di gerai Singapura, Fore Coffee menghadirkan jajaran minuman unggulan yang telah jadi favorit di kalangan penikmat kopi di Indonesia, seperti Gula Aren Latte, Pandan Oat Latte, dan Butterscotch Sea Salt Latte, yang dibanderol mulai dari SGD 4,50.
Kesuksesan Fore Coffee juga mengantarkan Elisa Suteja pada masa keemasannya. Elisa berhasil memanfaatkan teknologi digital untuk membangun bisnis kedai kopinya itu. Atas pencapaiannya, Elisa turut masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2020 di bidang business and entrepreneur.