Di tengah dunia yang serba cepat, penuh notifikasi, dan kadang bikin overthinking, Generasi Z (Gen Z) butuh lebih dari sekadar kecerdasan akademis.
Mereka butuh emotional intelligence—kecerdasan emosional—untuk bisa bertahan, berkembang, dan tetap waras. Tapi tenang, belajar EQ nggak harus lewat seminar atau terapi mahal. Kadang, semua bisa dimulai dari satu halaman buku.
Nah, dikutip dari Timesnownews, Kamis (8/5/2025), 8 buku di bawah ini gak cuma relatable lho, tapi juga bisa bantu Gen Z memahami diri sendiri, mengelola emosi, dan membangun koneksi yang lebih sehat di dunia nyata maupun digital.
1. Emotional Intelligence 2.0 karya Travis Bradberry dan Jean Greaves
Langsung, praktis, dan didukung oleh sains, buku ini ideal untuk Gen Z yang ingin mengendalikan emosi mereka tanpa tenggelam dalam teori. Buku ini mencakup penilaian diri dan strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk memperkuat empat keterampilan kecerdasan emosional.
Nadanya ringkas dan menarik, menarik bagi rentang perhatian yang pendek. Dirancang untuk hasil yang cepat dan dibangun di atas penelitian yang solid, tata letaknya sesuai dengan generasi yang menyukai kejelasan, efisiensi, dan otonomi dalam perjalanan pertumbuhan pribadi mereka.
2. Maybe You Should Talk to Someone karya Lori Gottlieb
Sebagian memoar, sebagian sesi terapi, buku ini menarik pembaca ke dalam seluk-beluk emosional terapis dan klien. Cerita Gottlieb memadukan humor, empati, dan introspeksi mendalam untuk menggambarkan bagaimana kecerdasan emosional dimulai dengan kerentanan.
Buku ini menantang gagasan tentang "tetap" dan sebaliknya merangkul pertumbuhan. Bagi Gen Z, yang menghargai transparansi dan kesehatan mental, pendekatan naratif ini menawarkan wawasan tentang bagaimana memahami cerita kita mengarah pada kesadaran emosional yang lebih kuat dan hubungan yang bermakna.
3. Atlas of the Heart karya Brené Brown
Brown memetakan 87 emosi dengan perpaduan narasi pribadi dan ketelitian akademis, memberi pembaca bahasa untuk menggambarkan pengalaman batin. Gen Z, yang sering mengomunikasikan keadaan emosional melalui umpan sosial yang dikurasi, menemukan nilai dalam kosakata emosional yang terperinci ini.
Buku ini mengajak pembaca untuk lebih ingin tahu daripada reaktif, sehingga mendorong refleksi yang lebih dalam. Formatnya yang unik dan komentar yang menggugah pikiran selaras dengan keinginan Gen Z untuk keaslian, ekspresi diri, dan penyelidikan diri yang penuh perhatian, mendorong literasi emosional dan membantu individu menavigasi lanskap emosional yang kompleks dengan pemahaman dan empati yang lebih besar.
4. The Defining Decade karya Meg Jay
Meskipun tidak hanya berfokus pada kecerdasan emosional, panduan untuk usia dua puluhan ini membahas bagaimana keputusan emosional membentuk hasil jangka panjang.
Jay menggabungkan psikologi klinis dengan kisah dunia nyata untuk menangani karier, cinta, dan identitas. Bagi Gen Z, yang menghadapi tekanan untuk mendefinisikan hidup mereka sejak dini, buku ini membingkai ulang ketidakpastian sebagai peluang.
Buku ini mendorong pengembangan ketahanan emosional, mempraktikkan intensionalitas, dan membuat keputusan yang penuh perhatian — keterampilan dasar untuk mengelola transisi kehidupan dengan kedewasaan dan kejelasan.
Baca Juga: Rekomendasi 10 Buku Feminis tentang Kekuatan Perempuan dan Minimnya Peran Pria
5. Think Like a Monk karya Jay Shetty
Mengambil dari kehidupan biara, Shetty menguraikan cara melatih pikiran Anda untuk kedamaian, tujuan, dan kejernihan emosional. Pelajaran praktisnya tentang keterpisahan, pelayanan, dan rasa syukur selaras dengan keinginan Gen Z untuk ketenangan batin di tengah kekacauan digital.
Memadukan kearifan kuno dengan anekdot pribadi dan metafora yang relevan, buku ini menawarkan landasan emosional tanpa menggurui. Buku ini memberdayakan pembaca untuk memprioritaskan perhatian, disiplin, dan kasih sayang sebagai penawar kecemasan dan beban emosional, mendorong mereka untuk menumbuhkan keseimbangan, kejelasan, dan hubungan yang lebih dalam dalam kehidupan mereka yang serba cepat.
6. Permission to Feel karya Marc Brackett
Brackett menyajikan kasus yang menarik untuk literasi emosional dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari melalui kerangka RULER-nya: Mengenali, Memahami, Memberi Label, Mengekspresikan, dan Mengatur emosi. Kisah dan penelitiannya menawarkan alat yang relevan dan didukung sains untuk membangun kecerdasan emosional.
Gen Z, yang sering kewalahan oleh masukan emosional dari platform digital, akan menganggap buku ini memberdayakan. Buku ini menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, menawarkan kosakata dan keterampilan untuk menavigasi emosi secara konstruktif dan percaya diri.
7. The School of Life: An Emotional Education karya Alain de Botton
Buku ini menawarkan peta jalan intelektual dan emosional untuk kehidupan modern dengan memadukan filsafat dengan wawasan psikologis. Gaya penulisan De Botton mudah dipahami namun menggugah pikiran, ideal untuk pembaca Gen Z yang mendambakan kedalaman di luar berita media sosial.
Buku ini membahas cinta, pekerjaan, pengetahuan diri, dan hubungan dengan nuansa emosional. Melalui refleksi yang lembut dan analisis yang tajam, buku ini mengajarkan kecerdasan emosional sebagai disiplin seumur hidup yang berakar pada kesadaran diri, empati, dan keberanian untuk menghadapi kompleksitas, yang pada akhirnya membimbing pembaca menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh tujuan di dunia yang berubah dengan cepat.
8. Set Boundaries, Find Peace karya Nedra Glover Tawwab
Panduan Tawwab yang jelas dan langsung tentang batasan berbicara langsung kepada perjuangan Gen Z dengan kelelahan, keinginan untuk menyenangkan orang lain, dan paparan digital yang berlebihan.
Dia menjelaskan bagaimana menetapkan batasan emosional meningkatkan harga diri dan mengurangi kebencian, menggunakan contoh kehidupan nyata dan bahasa yang meneguhkan. Kecerdasan emosional, dalam pandangannya, dimulai dengan menghormati kebutuhan sendiri.
Gen Z akan menghargai alat yang dapat ditindaklanjuti dan nada yang memvalidasi yang membingkai batasan bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai jembatan menuju hubungan yang lebih sehat dan kebebasan emosional.
Baca Juga: Rekomendasi 10 Buku Inspiratif untuk Wanita Mengatasi Keraguan Diri