Synchronize Fest 2025 menutup rangkaian perayaannya dengan kemegahan yang tak terlupakan pada Minggu (5/10/2025) di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta.
Hari ketiga festival lintas genre terbesar di Tanah Air itu menjadi klimaks dari pesta musik tiga hari bertema #SalingSilang, yang menyatukan ragam warna musik Indonesia, dari jazz hingga dangdut, dari pop hingga hardcore.
Dan malam puncak itu, panggung utama berguncang oleh energi punk rock khas Superman Is Dead (SID), band asal Bali yang tahun ini merayakan tiga dekade perjalanan mereka di dunia musik.
Dalam nuansa perayaan 30 tahun berkarya, trio legendaris beranggotakan Bobby Kool (vokal, gitar), Eka Rock (bass), dan Jerinx (drum) menghadirkan penampilan yang penuh nostalgia sekaligus semangat perlawanan.
Mereka membuka penampilan dengan audio “The Opening (Ketika Senja)” yang dilanjutkan pemutaran video dokumenter perjalanan panjang SID.
Riuh penonton langsung pecah ketika lagu “Aku Persepsi” dari album Tiga Perompak Senja (2018) menggema di udara.
“Ini baru saja kita merayakan ulang tahun yang ke-30 sekitar bulan lalu. Jadi malam ini kita rayakan masih dalam rangka Superman Is Dead anniversary yang ke-30. Teriakan sekeras-kerasnya untuk SID malam ini!” seru Bobby Kool dari atas panggung, disambut gemuruh seluruh penonton.
Selama lebih dari satu jam, SID membawa audiens dalam perjalanan musikal mereka dengan lagu-lagu andalan seperti “Bulan dan Ksatria”, “Punk Hari Ini”, “Cerita Semalam”, “Luka Indonesia”, “Tentang Tiga”, hingga “Saint of My Life”.
Di tengah penampilan, Jerinx sempat memberi kejutan dengan membocorkan potongan lagu barunya.
“Sebelum membawakan lagu yang akan kami bawakan, ini sedikit potongan lagu baru saya nanti,” ungkap drummer karismatik itu, disambut sorak-sorai penonton.
Baca Juga: Synchronize Fest 2025: Hadirkan Ratusan Musisi, Pameran Seni, dan Panggung Spesial
Momen istimewa terjadi ketika Nora Alexandra, istri Jerinx, naik ke panggung mengenakan kebaya yang elegan. Ia tampil berduet bersama SID membawakan lagu “Cahaya Nusantara” (2024) dan “Sunset di Tanah Anarki”, menghadirkan perpaduan keanggunan dan energi punk yang memukau.
Yang menarik dan selalu konsisten, SID pun tetap bersuara untuk menggaungkan #MenolakLupa. Penampilan visual panggung mereka menampilkan wajah-wajah pejuang keadilan seperti Marsinah, Wiji Thukul, dan Munir, mengingatkan publik akan pentingnya keberanian, kemanusiaan, dan keadilan sosial, nilai yang sejak lama menjadi napas perjuangan band ini.
Sebagai penutup yang menggetarkan, SID membawakan “Jika Kami Bersama”, lagu yang menjadi simbol persaudaraan dan perlawanan, diiringi nyala flare merah dari lautan penonton yang menyala di bawah langit malam Jakarta, menciptakan pemandangan yang tak terlupakan.
Dengan tampilnya Superman Is Dead ini, Synchronize Fest 2025 tak hanya menjadi pesta musik, tetapi juga selebrasi lintas generasi dan semangat keberagaman.
Selama tiga hari, festival edisi ke-10 ini telah mempertemukan musisi dari berbagai genre dan era, membuktikan bahwa musik Indonesia terus hidup dan berkembang melalui kolaborasi dan kebersamaan.
Mengusung tema besar #Saling ilang, Synchronize Fest 2025 juga menghadirkan semangat kolaborasi lintas zaman, genre, medium seni, hingga energi budaya.
Dan, dengan gegap gempita yang berpadu dengan kenangan, Synchronize Fest 2025 menutup tirainya dengan satu pesan kuat, yakni musik adalah ruang bersama untuk bersuara, berkarya, dan merayakan kebebasan.
Baca Juga: Melodi Melawan Polusi, 15 Musisi Ini Suarakan Krisis Iklim