Di tengah gemerlap dunia seni dan hiburan Indonesia, nama Maya Hasan menjadi salah satu sosok yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Publik mungkin mengenalnya sebagai aktris yang telah membintangi sejumlah film Tanah Air, namun jauh sebelum itu, ia sudah lebih dulu mencuri perhatian sebagai seorang harpist. 

Dari denting harpa yang lembut hingga karakter yang ia perankan di layar lebar, Maya Hasan membuktikan bahwa dirinya mampu bergerak luwes di berbagai panggung. Kehadirannya bukan hanya memperkaya dunia musik, tetapi juga mempertegas eksistensinya di perfilman Indonesia.

Berikut ini telah Olenka rangkum dari berbagai sumber, Jumat (05/09/2025), untuk mengenal lebih lanjut sosok dan perjalanan karier Maya Hasan.

Baca Juga: Berkenalan dengan Hamidah Rachmayanti, Hijabers Inspiratif yang Sukses Berbisnis

Profil dan Kehidupan Pribadi

Haris Maya Christina Hasan lahir di Hongkong pada 10 Januari 1972. Maya, sapaan akrabnya, merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, pasangan Mohamad Hasan dan Sri Muliati. 

Pada tahun 1990, ia menempuh studi di Fakultas Musik Universitas Willamette, Amerika Serikat, hingga akhirnya lulus pada 1993.

Kehidupan pribadinya juga sempat menjadi sorotan publik. Maya pernah menikah dengan Arthur Richard Worotikan dan dikaruniai tiga orang anak. Namun, pernikahan itu kandas di tengah jalan. Masa perceraian menjadi titik balik terberat dalam hidupnya. 

Mengutip dari laman Parapuan, ia pernah menggambarkan bahwa saat itu hidupnya seperti dibalik 180 derajat, kehilangan kekuatan dan terpuruk begitu lama. Tiga tahun pertama setelah perceraian menjadi masa yang paling sulit untuk dijalani. 

Walaupun secara teori ia tahu harus segera bangkit, kenyataannya butuh waktu lebih dari satu dekade untuk menemukan kembali dirinya. Maya menyadari bahwa selama bertahun-tahun ia sempat melenceng jauh dari jati dirinya, hingga akhirnya perlahan bisa kembali berdiri tegar.

Karier Jadi Harpist

Ketertarikan Maya Hasan pada harpa sudah muncul sejak duduk di bangku SMP, saat ia belajar langsung dari Heidy Awuy, salah satu dari sedikit master harpa di Indonesia kala itu. Pada 1990, Maya melanjutkan studi di Willamette University, Oregon, Amerika Serikat, mengambil jurusan Harp Performance. 

Selama di sana, ia aktif bergabung dalam The Salem Chambers Orchestra dan meraih sejumlah penghargaan, seperti The Music Talent Award, The Stannus Music Award, dan The Violet Burlingham M.P.E. Award.

Usai lulus pada 1993, Maya kembali ke Indonesia dan mulai tampil bersama berbagai orkestra ternama, seperti Nusantara Chamber Orchestra, Twilite Orchestra, hingga Malaysia Philharmonic Orchestra. 

Ia juga kerap menggelar resital solo maupun kolaborasi internasional. Tahun 2000, Maya merilis album Sea Breeze bersama kelompok musik Celtic meski tak begitu meledak di pasar. Namun, namanya benar-benar melejit setahun kemudian setelah penampilannya membawakan lagu “Kasih Tak Sampai” milik Padi berhasil mencuri perhatian publik.

Baca Juga: Berkenalan dengan Caca Tengker, Adik Nagita Slavina yang Jadi Psikolog

Kemampuannya memainkan harpa ternyata tidak membuat Maya Hasan lekas berpuas diri. Justru, ia membawa denting harpa ke arah yang lebih bermakna, yakni membantu sesama lewat terapi sound healing.

Bagi Maya, harpa bukan sekadar instrumen musik, melainkan medium penyembuhan. Ia merasa bersyukur ketika alunan harpa yang ia mainkan mampu menghadirkan ketenangan dan bahkan membantu proses pemulihan seseorang. 

Pengalaman itu ia sebut sebagai berkah tak terhingga. Dari sanalah, Maya kemudian mendirikan Myndfulact dan menekuni perannya juga sebagai terapis dengan metode sound healing.

Karier di Dunia Film

Sejak namanya mulai dikenal pada awal tahun 2000-an, Maya Hasan semakin aktif berkarya di dunia hiburan. Bukan hanya tampil sebagai harpist di berbagai panggung musik, ia juga mulai merambah dunia akting. Debut perdananya hadir lewat film drama Koper (2006), di mana ia berperan sebagai Jasmin dan beradu akting dengan Anjasmara.

Perjalanan karier aktingnya pun terus berlanjut. Maya tampil dalam sejumlah film populer seperti Dear Nathan: Thank You Salma (2022) sebagai Bu Dewi, Cek Toko Sebelah 2 (2022) sebagai Agnes, Dear David (2023) sebagai Bu Hana, Sehidup Semati (2024) sebagai Ibu Renata, hingga Tabayyun (2025) di mana ia memerankan sosok Laras. 

Ia juga terlibat di film Sore: Istri dari Masa Depan (2025) dengan peran Maya Wiryawan sekaligus sebagai produser pendamping, serta membintangi film A Normal Woman (2025) sebagai Novi.

Baca Juga: Berkenalan dengan Halda Rianta, Konten Kreator Adik Komika Arafah Rianti

Tak hanya di layar lebar, Maya juga hadir dalam berbagai serial web. Ia berperan sebagai Rosma di Detektif Soleh (2021), Ibu Bobby di Tersanjung the Series (2021–2022), Mama Abi di Kaget Nikah (2021), Lena di Yang Hilang dalam Cinta (2022), Siska di My Ice Girl (2022), dan Bu Djuwita di Kalau Jodoh Takkan ke Mana musim pertama. Pada 2023, ia kembali mencuri perhatian lewat perannya sebagai Kania di Merajut Dendam.

Selain layar lebar dan serial, Maya Hasan juga aktif di panggung teater. Pada 2018, ia memerankan ibu tiri Mira dalam pementasan Bunga untuk Mira. 

Sementara itu, di balik layar, Maya pernah menggarap film dokumenter Panggung Perempuan (2009) sebagai sutradara, sekaligus menguatkan identitasnya sebagai seniman yang tak hanya piawai di depan kamera, tetapi juga memiliki visi kreatif dalam berkarya.